Jumat, 21 Maret 2008

Singkong untuk etanol


Bensin Dioplos Singkong


JAKARTA -- "Saya akan bangga mengendarainya ke Istana," kata Kusmayanto Kadiman, Menteri Negara Riset dan Teknologi, ketika mencoba mengendarai mobil Land Rover Discovery putih bernomor polisi 35 itu. "Ini satu-satunya mobil menteri yang memakai bahan bakar campuran bioetanol yang ramah lingkungan," dia menambahkan.

Benar saja, berdasarkan uji yang dilakukan Balai Termodinamika Motor dan Propulsi pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Serpong, Banten, mobil yang memakai bahan bakar gasohol (gasoline alcohol), sedikit menghasilkan emisi karbon monoksida dan total hidrokarbon ketimbang bensin premium. Bahkan gasohol yang dinamakan BE-10--karena campuran 90 persen bensin dan 10 persen bioetanol--itu lebih ramah lingkungan daripada pertamax produksi Pertamina. Pada Kamis (20/1) lalu, Gasohol BE-10 hasil penelitian tim peneliti di Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) BPPT di Lampung diluncurkan secara resmi oleh Menteri Riset dan Teknologi di Jakarta. Hadir dalam acara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral serta Direktur Jenderal Kimia dan Elektronika Departemen Perindustrian. Mulai hari itu, 10 mobil kerja sama BPPT, General Motor, dan Honda Prospect Motor, melakukan sosialisasi penggunaan Gasohol BE-10. Mobil-mobil itu--termasuk mobil dinas menteri--ditempeli stiker: "Bahan bakar mobil ini Gasohol BE-10 10% bioetanol". Penelitian bioetanol, menurut Bambang Triwiyono, Kepala Bidang Teknologi Diversifikasi pada B2TP, telah dimulai sejak 1983. Kala itu, produksi singkong di daerah-daerah transmigrasi, seperti di Lampung Tengah dan Tulang Bawang, sangat melimpah. Namun, tak ada pabrik yang mengolahnya menjadi produk jadi, misalnya tapioka. Karena itulah, B2TP mengembangkan riset bioetanol dari singkong tersebut. Riset ini sempat mati suri karena secara ekonomi kalah bersaing dengan bahan bakar minyak (BBM) yang harganya disubsidi. Namun, ketika harga minyak mentah melambung dan Indonesia menjadi negara pengimpor minyak bumi, riset bioetanol kembali marak. Bioetanol adalah etanol atau alkohol yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Etanol memiliki tiga jenis (grade) berdasarkan kadar alkoholnya. Jenis industrial jika kadar alkoholnya 90-94 persen. Jenis neutral jika berkadar 96-99,5 persen dan digunakan untuk minuman keras atau bahan baku farmasi. Jika kadarnya di atas 99,5-100 persen termasuk jenis bahan bakar. Saat ini B2TP memiliki pabrik pembuatan bioetanol skala pilot plant di Desa Sulusuban, Bandar Jaya, Lampung Tengah. Pabrik itu mampu mengolah 50 ton singkong menjadi 8.000 liter bioetanol per hari. Untuk memasok kebutuhan pabrik, B2TP masih mengandalkan kebun singkong milik sendiri yang luasnya 700 hektare. Menurut Bambang, karena bibit singkongnya varietas unggul, kebun itu menghasilkan 25-30 ton per hektare. Di daerah Lampung, rata-rata petani singkong menghasilkan 15 ton per hektare. Petani kurang produktif bertanam singkong karena harganya berfluktuasi, tergantung pada kebutuhan pabrik tapioka. Menurut Bambang, jika program Gasohol BE-10 ini berjalan dengan dukungan pemerintah dan rakyat, petani singkong dapat meningkatkan produksinya untuk mereka jual ke pabrik bioetanol. "Jika produktivitasnya di atas 30 ton per hektare, harga per kilonya dapat stabil Rp 200," kata Bambang. Menurut analisis B2TP, di Indonesia bahan baku bioetanol yang paling layak adalah tebu dan singkong. Tebu mengandung kadar gula 20,5 persen. Sayangnya, Indonesia masih kekurangan produksi tebu untuk menghasilkan gula pasir. Pilihan bahan baku jadi jatuh pada singkong yang memiliki kadar pati 25-30 persen. Berdasarkan analisis perbandingan yang dibuat B2TP, 1.000 kilogram biomassa singkong dapat diubah menjadi 166,66 liter bioetanol. Sementara itu, 1.000 kilogram tetes (hasil sampingan gula pasir) dapat diubah menjadi 250 liter bioetanol. Proses pembuatan bioetanol, awalnya seperti produksi tapioka: singkong diparut menjadi bubur. "Jika pada tapioka dilakukan ekstraksi, pada bioetanol dilakukan proses hidrolisis," kata Bambang. Hidrolisis adalah mengubah kandungan pati menjadi glukosa. Cairan gula itu lalu dimasukkan ke tangki fermentasi yang dilengkapi pendingin dan dicampur biakan mikroba. Hasil fermentasi itu adalah etanol berkadar 8-11 persen. Proses selanjutnya adalah distilasi untuk mendapatkan etanol 95-96 persen. "Etanol ini harus melalui proses dehidrasi untuk mengurangi kadar airnya yang 4-5 persen itu," kata Bambang. Hasil akhir adalah bioetanol berkadar 99 persen. Pilot plant B2TP itu baru mampu memproduksi 50 liter bioetanol yang didehidrasi ini. Seiring waktu, pabrik itu akan ditingkatkan skala produksinya sehingga seluruh produksi etanol yang 8.000 liter dapat diubah menjadi bioetanol berjenis bahan bakar. Kalau sosialisasi Gasohol BE-10 berjalan seperti yang diharapkan BPPT, pada 2010, 10 persen konsumsi BBM dapat digantikan Gasohol BE-10. Tapi dibutuhkan kemauan politik pemerintah yang didukung rakyat melalui Dewan Perwakilan Rakyat. Dukungan pemerintah itu seperti dilakukan banyak pemerintah di dunia. Di Thailand misalnya, insentif pembebasan pajak perusahaan, bea masuk, dan pajak barang modal selama delapan tahun diberikan pada industri etanol. Sementara itu, Filipina membuat "Ethanol Bill" untuk menyukseskan kebijakan 60 persen kecukupan sendiri energinya sampai 2010. "Indonesia mungkin dengan peraturan pemerintah yang memberi pembebasan pajak bagi pengguna Gasohol BE-10," Kusmayanto menjawab wartawan. Pembebasan pajak? Ya, karena mahalnya biaya produksi, satu saat nanti konsumen yang membeli BBM akan dikenai pajak. Etanol Etanol atau ethyl alcohol kadang disebut juga alkohol atau spiritus. Etanol digunakan dalam beragam industri seperti sebagai bahan baku industri turunan alkohol, campuran untuk minuman keras seperti sake atau gin, bahan baku farmasi dan kosmetika, dan campuran bahan bakar kendaraan, peningkat oktan, dan bensin alkohol (gasohol). Sampai saat ini konsumsi etanol dunia sekitar 63 persen untuk bahan bakar, terutama di Brasil, Amerika Utara, Kanada, Uni Eropa, dan Australia. Di Asia, konsumsi terbesar etanol adalah untuk minuman keras. Jepang dan Korea Selatan adalah konsumen etanol terbesar untuk industri ini. Di Indonesia, produksi etanol pada 2002 mencapai 174 ribu kiloliter. Ada enam produsen terbesar etanol Indonesia: Indo Acidatama (46,2 ribu kl), Indo Lampung Distellery (39,6 ribu kl), Molindo Raya Industrial (39,6 ribu kl), Aneka Kimia Nusantara (14,85 ribu kl), PG Rajawali II (10,5 ribu kl), dan Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara XI (7,2 ribu kl). Fungsi etanol sebagai campuran bahan bakar kendaraan memiliki prospek bagus karena makin tingginya harga minyak mentah. Etanol ini berfungsi sebagai penambah volume BBM, sebagai peningkat angka oktan, dan sebagai sumber oksigen untuk pembakaran yang lebih bersih pengganti (methyl tertiary-butyl ether/MTBE). Karena etanol mengandung 35 persen oksigen, ia dapat meningkatkan efisiensi pembakaran. Etanol juga ramah lingkungan karena emisi gas buangnya rendah kadar karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas rumah kaca yang menjadi polutan. Etanol juga mudah terurai dan aman karena tak mencemari air.dody hidayat

Tidak ada komentar: